Mintalah lima orang acak untuk menyebutkan satu film Alfred Hitchcock, dan kemungkinan besar mereka semua akan mengatakan Psycho terlebih dahulu. Baik itu penggemar film klasik yang tahu semua karyanya sejak era film bisu di Inggris, maupun penonton awam yang mungkin tak bisa mengenali Hitchcock dalam cameo terkenalnya, Psycho adalah ikon. Kita bisa berdebat panjang apakah Psycho adalah film terbaik Hitchcock, tapi tidak bisa disangkal bahwa film ini punya dampak budaya yang sangat besar dan bertahan lama.
Psycho benar-benar mengubah pembuatan film, dan meskipun twist-twist dan adegan mandi legendarisnya telah menjadi bagian dari pop culture trivia, film ini tetap menghibur 65 tahun setelah rilis. Sekarang film ini tersedia di Netflix, kesempatan sempurna untuk menontonnya kembali atau untuk pertama kalinya.
Psycho, Edisi Unrated
Pada saat dirilis tahun 1960, Psycho belum memiliki rating resmi karena sistem rating MPA baru muncul tahun 1968. Saat akhirnya diberi rating tahun 1984, ia mendapat R, sebagian karena bias terhadap konten seksual dan ketelanjangan. Tapi di balik semua kontroversi, Psycho tetaplah sebuah film thriller psikologis yang luar biasa.
Adegan obrolan antara Norman Bates dan Marion Crane tentang "perangkap pribadi" adalah contoh terbaik pembangunan karakter. Bahkan jika kita sudah tahu bagaimana ceritanya berakhir, film ini tetap menggugah. Adegan pembunuhan ikonik di kamar mandi juga tetap menyeramkan ketika ditonton dalam konteks naratif yang dibangun secara perlahan dan detail oleh Hitchcock.
Psycho adalah film yang pantas untuk ditonton ulang, bahkan jika kita sudah tahu semua twist-nya. Film ini tetap menjadi karya yang sangat kuat secara emosional dan teknis.
Frenzy: Antara Komedi Gelap dan Horor Eksplisit
Frenzy, film Hitchcock tahun 1972, merupakan satu-satunya filmnya yang mendapat rating R sejak awal. Meskipun diadaptasi dari novel, film ini terasa seperti remake Psycho untuk era baru yang lebih permisif. Di era pasca-Psycho, sinema sudah berubah drastis, dan Frenzy mencerminkan itu: penuh eksploitasi, kekerasan, dan horor grafis ala giallo Italia.
Perbedaan mencolok langsung terlihat dari gaya visual. Psycho dibuat dalam hitam-putih, sementara Frenzy berwarna dengan pengambilan gambar luas, mulai dari tembakan helikopter di atas Sungai Thames. Film ini juga menyelipkan humor morbid, kadang berhasil, kadang terasa tidak pada tempatnya, seperti adegan bergulat dengan mayat yang kaku.
Sisi gelap Frenzy semakin terasa karena karakter utama yang dituduh salah adalah pria kasar dan pemarah yang sulit disukai. Penonton tak diberikan kenyamanan moral seperti pada Psycho. Film ini lebih suram, lebih frontal, dan kadang membuat tak nyaman — baik karena visual maupun nuansanya.
Frenzy dan Psycho: Dialog Dua Zaman
Menonton Frenzy dan Psycho secara berurutan bagaikan mengikuti pelajaran sejarah sinema dalam dua babak. Perubahan budaya, teknologi, dan kebijakan sensor begitu jelas tercermin dari dua film ini. Sementara Psycho memperlihatkan Hitchcock dalam keterbatasan formal namun sangat kreatif, Frenzy menunjukkan bagaimana ia memanfaatkan kebebasan baru — dengan hasil yang lebih kasar dan liar.
Koleksi film Hitchcock di Netflix adalah kesempatan langka untuk menggali warisan sinema yang sangat berpengaruh. Tapi jika hanya menonton dua film saja, jadikan Psycho dan Frenzy sebagai paket lengkap yang menunjukkan transformasi sutradara legendaris ini dari era klasik ke era modern. Dua film, dua pendekatan, dua dampak yang berbeda, tapi sama-sama layak untuk ditonton.
Psycho dan Frenzy keduanya tersedia di Netflix sekarang.
Jangan lupa buat top up game Higgs Domino termurah, kunjungi Topup Higgs Domino di Topup Desa sekarang juga!