28 Years Later: Ending yang Mengejutkan dan Kontroversial
28 Years Later hadir sebagai film horor ambisius yang mencampur berbagai genre: horor rakyat, drama keluarga, aksi berdarah, hingga refleksi sosial yang serius. Selama dua jam, film ini membawa penonton melewati perubahan nada yang tajam, sebelum akhirnya menutup dengan ending yang mengejutkan dan menimbulkan banyak pertanyaan. Ending ini bukan hanya pengantar untuk sekuelnya, tetapi juga memunculkan referensi budaya Inggris yang sangat kontroversial.
Apa yang Terjadi di Ending 28 Years Later?
Di bagian akhir film, tokoh Isla (Jodie Comer) memilih menerima kematian damai daripada terus menderita sakit. Sementara itu, Spike meninggalkan komunitas pulau dan membawa bayi yang ditemukan, lalu berjalan menuju daratan penuh infeksi. Beberapa minggu kemudian, Spike diserang oleh yang terinfeksi, tetapi diselamatkan oleh kelompok prajurit flamboyan yang dipimpin Jimmy (Jack O’Connell). Karakter Jimmy ini ternyata bocah dari prolog film yang kini tumbuh dewasa.
Namun, nada film tiba-tiba berubah. Adegan diiringi musik campuran Teletubbies dan punk keras, menampilkan Jimmy dengan gaya nyentrik. Di kredit akhir, karakternya disebut Sir Jimmy Crystal—referensi jelas pada figur nyata Jimmy Savile, selebriti Inggris yang kemudian diketahui sebagai pelaku predator seksual.
Siapa Itu Jimmy Savile?
Jimmy Savile adalah figur terkenal di Inggris akhir abad ke-20, dikenal sebagai presenter Top of the Pops dan Jim’ll Fix It. Ia memiliki persona publik sebagai “paman eksentrik yang baik hati” dengan slogan khas, kacamata warna-warni, dan cerutu besar. Reputasinya diperkuat dengan aktivitas amal, hingga menerima gelar bangsawan pada 1990.
Namun, setelah kematiannya tahun 2011, skandal besar terbongkar: Savile ternyata predator seksual dengan ratusan korban selama lima dekade, termasuk anak-anak dan orang rentan. Investigasi mengungkap banyak pihak, termasuk BBC dan NHS, menutup-nutupi kejahatannya. Sejak itu, citra Savile di Inggris berubah total—menjadi simbol predatorisme, kemunafikan, dan kelemahan institusional.
Mengapa Film Menggunakan Citra Savile?
Danny Boyle dan Alex Garland menggunakan figur Savile untuk menyampaikan pesan bahwa nostalgia bisa berbahaya. Karakter Jimmy Crystal dalam film mewakili distorsi ingatan: bagi para penyintas dalam dunia 28 Years Later, ia hanyalah simbol masa lalu yang absurd; bagi penonton Inggris modern, ia simbol kejahatan predator. Kontras ini menyoroti bagaimana masyarakat sering meromantisasi masa lalu tanpa menyadari sisi gelapnya.
Garland bahkan menyebut karakter ini sebagai “kaleidoskop trippy” dan kritik terhadap nostalgia politik, misalnya dalam konteks Brexit, yang kerap mengidealkan masa lalu yang sebenarnya kelam.
Apa Implikasinya untuk Sekuel The Bone Temple?
Sekuel berjudul 28 Years Later: The Bone Temple dijadwalkan rilis Januari 2026. Danny Boyle menyebut film ini akan mengeksplorasi “sifat kejahatan,” dengan Sir Jimmy Crystal sebagai representasi antagonis manusiawi—berbeda dengan fokus infeksi zombie di film sebelumnya.
Namun, penggunaan figur Savile jelas berisiko. Meski mengaitkannya dengan kejahatan terasa masuk akal, ada pertanyaan etis: apakah pantas menggunakan citra seorang pelaku predator dengan ratusan korban nyata hanya untuk kepentingan cerita? Kontroversi ini bisa semakin besar karena sutradara sekuel, Nia DaCosta (Candyman, The Marvels), bukan orang Inggris sehingga mungkin tak memiliki kedekatan budaya yang sama dengan Boyle.
Kesimpulan
28 Years Later berhasil mengejutkan penonton dengan twist berani yang memunculkan ikon Inggris paling kontroversial. Ending ini membuka jalan bagi The Bone Temple, namun juga menimbulkan dilema moral dan budaya. Apakah langkah ini akan memperkuat waralaba atau justru menimbulkan penolakan publik? Jawabannya baru akan terungkap di sekuel mendatang.
Jangan lupa buat top up game Higgs Domino termurah, Kunjungi Topup Higgs Domino di Topup Desa Murah