Musim semi anime 2025 datang dengan kuat. Lazarus, proyek baru dari pencipta Cowboy Bebop Shinichiro Watanabe, diluncurkan pada bulan April, bersama Mobile Suit Gundam Gquuuuuuux. Wind Breaker musim 2 menghadirkan adegan pertempuran yang lebih intens, sementara Kowloon Generic Romance terbukti menjadi sci-fi posthuman eksistensial yang ternyata sangat mimin butuhkan. Musim ini, mimin juga menemukan permata kecil bernama Yaiba Samurai Legend, yang tersedia di Netflix dan Hulu. Adaptasi dari manga tahun 1988 karya Gosho Aoyama ini—yang juga dikenal sebagai kreator serial Detective Conan (Case Closed di AS)—mengingatkan mimin bahwa tren "aura" yang sering dibicarakan dalam anime bukanlah elemen dasar yang mutlak diperlukan dalam pertunjukan anime, dan karakter itu jauh lebih kompleks dari sekadar tampil keren.
Aura telah menjadi topik konsisten dalam fandom anime, dengan penggemar mendiskusikan dan membandingkan mengapa karakter favorit mereka bisa “menghasilkan” lebih banyak aura daripada yang lain. Aura sebenarnya bukanlah sifat bawaan karakter, melainkan pengalaman estetika—reaksi yang kita rasakan ketika karakter tampil tangguh dan keren di situasi genting. Ini adalah bentuk performa. Mimin pribadi merasakan aura yang luar biasa ketika Ichigo pertama kali mengatakan "Bankai" di Bleach. Aura itu terasa sangat kuat dari kehadiran Hayato Suo dalam momen-momen tertentu di Wind Breaker. Bahkan momen sederhana seperti karakter X melempar koin bisa terasa sangat “aura” dalam To Be Hero X. Tapi tidak ada karakter yang lebih identik dengan aura selain Jinwoo dari Solo Leveling.
Solo Leveling dipenuhi para "hunter"—orang-orang dengan kekuatan khusus—yang menjelajahi dungeon dan membasmi monster. Di dunia fiksi ini, aturan RPG seperti "level up" berlaku secara harfiah dalam kehidupan karakter. Jinwoo, sang protagonis, memulai dari hunter terlemah dan tumbuh menjadi yang terkuat berkat kemampuan uniknya untuk naik level, yang tidak dimiliki oleh hunter lain.
Tapi sebagai karakter, Sung Jinwoo seolah hanya ada untuk menjadi kuat.
Setiap kali Jinwoo masuk ke dalam pertempuran, kita tahu dia akan menang. Kita menyaksikannya menerima serangan terkuat dari musuh—yang bahkan bisa membantai hunter rank tinggi—namun dia tidak bergerak sedikit pun. Dia hanya memandang balik musuhnya, tampak kesal alih-alih khawatir. Itulah "aura"—dan memang terlihat sangat keren. Tapi sebuah serial yang seluruhnya berpusat pada karakter penuh aura seperti ini, lama-kelamaan terasa datar. Tak ada ketegangan jika karakter utama selalu menang tanpa risiko berarti.
Yaiba Samurai Legend memilih pendekatan sebaliknya: penuh warna, penuh lelucon, tidak banyak pose dramatis, dan dengan protagonis anak kecil. Ditulis oleh Gosho Aoyama dan diadaptasi oleh Wit Studio (Attack on Titan, Spy × Family), serial ini menceritakan Yaiba, bocah lelaki yang tumbuh di hutan bersama ayahnya untuk berlatih jadi samurai. Suatu hari, ia tanpa sengaja jatuh ke dalam kotak pisang dan terkirim ke Tokyo. Di sana ia menantang Takeshi Onimaru, juara Kendo lokal. Setelah dikalahkan oleh gaya bertarung Yaiba yang “tidak biasa”, Onimaru menemukan pedang ajaib Fujinken yang menggabungkannya dengan dewa angin dan mengubahnya jadi oni. Maka petualangan Yaiba pun dimulai untuk menemukan Raijinken, pedang petir, agar bisa menghadapi Onimaru lagi.
Yaiba Samurai Legend adalah tontonan yang menyegarkan. Aksinya seru tapi tetap lucu, dan meskipun ceritanya cukup klasik—anak lelaki yang berpetualang jadi lebih kuat—pendekatannya membawa semangat Shounen lama yang mungkin justru kita butuhkan sekarang. Seperti karya Akira Toriyama (Dragon Ball) atau Riku Sanjo (Dai no Daibouken), Aoyama menciptakan Yaiba sebagai karakter yang tidak terlalu serius. Ia kuat, tapi juga konyol dan masih banyak belajar.
Kisah Yaiba terasa berbeda dibanding anime Shounen kekinian. Solo Leveling memperlihatkan fantasi kekuatan di mana karakter utama menjadi sosok yang tak terkalahkan, seakan-akan menduduki posisi puncak dunia tanpa pesaing. Sebaliknya, Yaiba menunjukkan bahwa proses menjadi kuat justru jauh lebih menarik. Aura bukanlah tujuan, melainkan efek samping dari ketekunan dan keberanian untuk mencoba.
Yaiba adalah kebalikan dari Jinwoo. Ia belum hebat, dan ia tahu itu. Tapi ia terus berlatih dan mencoba. Bahkan ketika tak bisa menggunakan kekuatan Raijinken, ia tetap berusaha—memutar pedangnya seperti gergaji kalau perlu, demi mengalahkan lawannya. Ini adalah karakter yang tidak hanya kuat, tapi juga cerdas, lucu, dan manusiawi.
Wit Studio menghadirkan pertarungan yang memukau tapi tetap ringan, mulai dari melawan siput raksasa dengan garam hingga bertempur melawan vampir. Tidak ada adegan “pose berdiri diam” yang dramatis, melainkan pertarungan yang kreatif dan penuh energi.
Yaiba Samurai Legend bukanlah sindiran terhadap tren aura, melainkan pengingat bahwa kekuatan sejati tidak selalu datang dari kekuatan besar atau penampilan yang megah. Kadang, kekuatan itu muncul dari ketekunan, kreativitas, dan keberanian untuk tetap tersenyum dalam kesulitan.
Yaiba Samurai Legend sedang tayang di Netflix dan Hulu.
Jangan lupa buat top up game Higgs Domino termurah, Kunjungi Topup Higgs Domino di Topup Desa Murah