Saya bermain Rooftops & Alleys: Parkour Game dengan harapan akan langsung jatuh cinta sejak awal. Game seperti Mirror’s Edge dan Assassin’s Creed — dua game parkour terbaik sepanjang masa — sangat membentuk masa kecil saya. Maka ketika Rooftops & Alleys menawarkan gaya visual yang mirip dengan Mirror’s Edge, ditambah nuansa trik seperti di Tony Hawk Pro Skater, ekspektasi saya pun tinggi. Sayangnya, yang saya temui justru adalah kotak pasir yang agak kaku, di mana kesabaran sama pentingnya dengan keterampilan.
Dirilis pada 16 Juni untuk Nintendo Switch, PlayStation 5, Windows PC, dan Xbox Series X, Rooftops & Alleys langsung menyajikan beberapa kendala. Masalah pertama, DualSense Edge saya tidak dikenali. Memang, Steam Input bisa memperbaikinya dengan cepat, tapi tetap saja, itu menjadi pengalaman awal yang kurang menyenangkan dan mengisyaratkan bahwa game ini kadang terasa janky. Perbandingan memang bisa mencuri kesenangan, tapi nyatanya game ini tidak terasa seintuitif seperti game parkour lainnya yang sudah saya mainkan sebelumnya.
Siapa pun bisa langsung bersenang-senang dengan Tony Hawk’s Pro Skater. Sementara Mirror’s Edge memang butuh waktu untuk dikuasai, tapi cukup satu level untuk memahami dasar-dasarnya. Sebaliknya, Rooftops & Alleys menuntut pemain untuk menguasai berbagai trik sejak awal, yang sebetulnya menarik — saya sendiri suka ide menjadi dewa parkour. Namun, ini membuat saya ragu apakah game ini cocok direkomendasikan ke teman-teman saya yang lebih kasual.
Masalah utama muncul sebelum pemain bisa menguasai triknya: Rooftops & Alleys gagal memberikan pengajaran yang baik. Game ini hanya menyediakan dua tutorial yang bisa diakses dari menu utama, dan keduanya sangat singkat serta opsional. Jadi saya pun bertanya-tanya, apa manfaatnya sejak awal?
Tentu saja, Rooftops & Alleys bisa mendapat banyak manfaat dari tutorial yang lebih panjang dan mendetail, bahkan sebaik SSX Tricky dengan buku trik ikoniknya. Andai saja game ini menyediakan cara intuitif untuk menjelajahi dan berlatih tiap trik dalam lingkungan yang lebih terarah. Saat ini, pemain harus jeda permainan, buka sub-menu untuk lihat panduan trik, lalu keluar untuk mencoba, dan ulangi lagi. Rasanya seperti semua komponen besar sudah ada, tapi belum menyatu menjadi pengalaman yang benar-benar solid.
Namun, bukan berarti Rooftops & Alleys tidak punya pesonanya. Saat saya terus bereksperimen, lama-lama semuanya mulai terasa nyambung. Saya mulai rutin memanaskan jari lewat tutorial sebelum masuk ke peta tertentu. Saat sudah masuk ke gameplay-nya, game ini membebaskan saya untuk berlari, melompat, dan mencoba semua trik — dan itu menyenangkan! Saya menghabiskan banyak waktu gagal dalam trik, mencoba memahami ritmenya. Saat bermain di mode time trial, saya sering gagal lagi, tapi setiap kegagalan mengajarkan saya sesuatu. Lama-lama, landing saya jadi lebih akurat, saya semakin cepat, momentum terjaga, dan akhirnya saya mulai benar-benar menikmati pengalaman ini.
Dalam salah satu sesi terbaik saya, saya hampir berhasil menyelesaikan rangkaian trik luar biasa, tapi gagal di akhir karena tersangkut di antara pipa. Alih-alih kesal, saya justru tertawa, karena adegan itu terasa realistis seperti seseorang yang terjatuh canggung dalam aksi parkour sungguhan.
Itulah momen di mana saya merasa klik dengan game ini, dan sejak saat itu saya tidak bisa berhenti memainkannya. Di Steam, banyak ulasan positif dari pemain yang akhirnya juga menikmati game ini — setelah melewati kurva belajar yang curam. Rooftops & Alleys mendukung mode multiplayer, dan meskipun sebagian besar waktu saya habiskan sendiri, saya sempat masuk ke beberapa lobi. Di sana, saya melihat banyak pemain latihan kombinasi gerakan keren. Nuansa open-world dalam game ini juga terasa saat dimainkan bersama, dan seru juga ketika berlomba atau saling sabotase trik satu sama lain. Lobi-lobi yang saya masuki penuh dengan pemain yang lari, loncat, dan gagal dengan spektakuler.
Rooftops & Alleys memang tidak sempurna, tapi punya daya tarik tersendiri. Sebagai pemain solo, saya merasa kehilangan karena tidak ada mode cerita. Fokus ke pencapaian waktu dan kesempurnaan trik memang seru, tapi bisa terasa repetitif jika dimainkan terlalu lama. Meski begitu, game ini tetap menjadi taman bermain parkour yang menyenangkan (meski belum sepenuhnya dipoles). Dengan beberapa pembaruan dan tutorial yang lebih baik, game ini bisa jadi sesuatu yang istimewa. Untuk saat ini, ia tetap menjadi game niche yang punya cukup daya tarik untuk membuat saya terus kembali bermain.
Jangan lupa buat top up game Higgs Domino termurah, Kunjungi Topup Higgs Domino di Topup Desa Murah