Sama revolusionernya seperti Nintendo Switch generasi pertama, Switch 2 hadir membawa pembaruan besar—terutama pada bagian pengontrolnya. Joy-Con original memang inovatif, tapi terlalu kecil, kurang nyaman, dan kontrol geraknya juga tidak selalu bisa diandalkan. Setelah beberapa minggu mimin coba langsung Switch 2, mimin bisa bilang kalau Joy-Con 2 memperbaiki hampir semua kelemahan itu. Walau kontrol mouse masih tergantung gimana pengembang memanfaatkannya, dari sisi perangkat keras, Joy-Con 2 terasa lebih solid dan serius.
Dari segi tampilan, warna-warni khas Switch pertama masih tersisa sedikit di bagian joystick dan rel magnetik, tapi secara keseluruhan Joy-Con 2 lebih dominan dengan warna abu-abu arang. Kesan “mainan” hilang, diganti nuansa profesional. Sayangnya, desain ini juga mengorbankan sisi personalisasi. Mimin sendiri dulu beli tiga set Joy-Con hanya demi kombinasi warna. Kalau Nintendo ke depannya tetap membatasi warna hanya di bagian kecil Joy-Con, mimin nggak yakin bakal rela keluarin $90 cuma buat seberkas ungu atau oranye yang tertutup ibu jari.
Dari ukuran, Joy-Con 2 sedikit lebih panjang—sekitar satu inci—tapi tambahan kecil ini bikin perbedaan besar soal kenyamanan. Ada tonjolan di bawah tombol bahu yang jadi tempat istirahat alami buat jari. Ini membantu banget buat mimin yang sering main lama, terutama di game berat seperti Street Fighter 6 atau Cyberpunk 2077. Bahkan, kontrol geraknya terasa lebih natural dan nyaman dari sebelumnya. Joy-Con 2 juga punya tombol SL dan SR yang lebih besar, jadi lebih mudah dipakai saat pengontrol diputar horizontal seperti di Mario Kart World.
Soal feel, Joy-Con 2 lebih mantap. Klik tombolnya lebih halus, suara pegasnya hampir nggak terdengar, terutama di tombol L, R, ZL, dan ZR. Kalau sebelumnya klik keras bisa ganggu orang lain, sekarang lebih senyap dan lembut. Ini nilai plus besar buat yang sering main bareng di ruangan yang sama.
Salah satu fitur paling menarik adalah Mouse Mode. Joy-Con kanan bisa dipakai sebagai mouse, dan ini cukup nyaman meski bentuknya nggak ideal buat tangan. Tapi karena fleksibel, mimin bisa main Civilization 7 sambil duduk santai, Joy-Con di pangkuan. Bahkan Fortnite juga bisa dikendalikan sambil Joy-Con ditaruh di paha. Meskipun terlihat aneh, anehnya itu malah terasa alami!
Namun, ada kekurangan. Respons Mouse Mode bisa melambat kalau kamu jauh dari router Wi-Fi. Saat sinyal lemah, lag terasa dan agak menyulitkan di game yang butuh reaksi cepat seperti Cyberpunk 2077. Switch 2 juga nggak bisa deteksi gerakan mouse jika kamu duduk lebih dari dua kaki dari konsolnya. Jadi, kecuali kamu pakai mode dock, lebih baik tetap dekat-dekat sama konsol.
Efektivitas kontrol mouse juga tergantung gimnya. Tombol R dan ZR bisa berfungsi sebagai klik kiri dan kanan, tapi nggak semua game mengaturnya begitu. Cyberpunk, misalnya, malah bikin mimin sering nggak sengaja ngelempar granat! Akhirnya, mimin balik ke kontrol gerak—yang, by the way, terasa jauh lebih responsif daripada Joy-Con lama.
Kesimpulannya, Joy-Con 2 adalah peningkatan nyata. Pengontrol ini terasa lebih ergonomis, lebih halus, dan fungsionalitasnya makin luas. Mouse Mode mungkin belum sempurna, tapi potensinya besar. Harapan mimin tinggal satu: semoga Nintendo kasih lebih banyak variasi warna supaya tetap bisa tampil gaya!
Dan ngomong-ngomong soal gaya main, jangan lupa juga ya, buat top up game Higgs Domino termurah, mimin rekomendasiin banget ke Topup Desa. Prosesnya cepat, aman, dan gak perlu repot daftar dulu!